Tuesday 5 September 2017

I'm Just Beginner

Entrepeneur? Sebenarnya kata-kata itu sudah ada dipikiran saya semenjak SMA. Kebetulan pada saat itu, saya sempat bergabung di ekstrakulikuler KIR. Kegiatan KIR pada saat itu sering untuk membuat inovasi-inovasi barang, entah itu berupa makanan atau kerajinan. Pembinanya pada saat itu mengarahkan pembuatan inovasi itu sebagai cara untuk memperkenalkan bagaimana kita ber-entrepeneur. Ketika itu, bayangan saya tentang entrepeneur itu masih dangkal, hanya tau kalau itu adalah seseorang yang mempunyai suatu usaha yang menghasilkan uang.
Awalnya saya berfikir menjadi seorang entrepeneur itu susah dan beresiko besar karena bertanggung jawab dengan usaha yang dijalankan, tapi setelah saya sempet mengikuti beberapa kelas dan seminar akhirnya membuka pikiran saya kalau seorang entrepeneur itu seseorang yang luar biasa yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan untuk orang lain dan berdampak positif untuk lingkungannya. Dan tiba-tiba saya berpikiran bagaimana enaknya jadi entrepeneur, kita bisa mempunyai pencapaian ekonomi tanpa ada ikatan dengan suatu instansi yang memiliki jam operasional formal dan tidak fleksibel.
Ketika teman lama berkumpul kembali, semua hal bisa jadi obrolan. Saat itu teman saya yang kuliah di Surabaya pulang dan mengajak untuk kumpul sekedar ngobrol ringan, kebetulan memang dia jarang pulang karena kesibukannya. Suatu pemikiran spontan muncul ketika berada di toko buku. Dua teman saya sedang sibuk mencari buku untuk kebutuhan kuliah mereka sedangkan saya dan teman saya yang satunya mengobrol diantara rak-rak buku. Mita, dia bercerita kalau seminggu yang lalu dia pergi ke toko kain dan membeli kain untuk kerudung, warnanya lucu lucu dan ternyata harganya jauh lebih murah dari yang ada di pasaran. Tiba-tiba omongan spontan muncul
“Kita jualan kerudung aja, kayaknya lumayan tuh untungnya”
Ternyata Mita merespon, “ Ya ayo, boleh tuh bisa nambah uang jajan. Perlu direncanain bener-bener itu. Ayolah dipikirin”
Semenjak pulang dari tempat itu aku dan Mita punya obrolan serius mengenai ide ini. Dan ternyata teman-temanku yang lain ikut mendukung, Hani yang hobinya desain dia menawarkan diri untuk membuat logo dari olshop yang aku dan Mita ingin mulai. Bisa dibilang kita masih takut untuk menyediakan kerudung itu dengan skala besar. Saat itu kita patungan Rp. 100.000,- untuk modal awal membeli bahan untuk kerudung. Mulai dari ke pasar, memilih kain kemudian merapikan pinggirnya ke tukang jahit kita lakukan berdua. Saya mempunyai pemikiran kalau kita terjun langsung dalam proses produksi itu akan membawa pengalaman tersendiri, bisa dibialng sebagai mendalami peran dan akan mencintai apa yang sedang kita bangun. Setelah itu, kita memoto produk kita dengan angle yang terbaik. Akhirnya pada Sabtu 7 Mei 2016 kita mulai memosting produk kita di media sosial, pada saat itu instagram. Fit Me Hijab.

Awal masa merintis ini tidak mudah, pengikut instagram kami masih sedikit dan otomatis produk kita belum dikenal oleh masyarakat umum. Kita mencoba berbagai cara untuk menyebarkan keberadaan olshop kami ini, broadcast dan posting di berbagai media sosial bahkan sampai membayar akun perkumpulan olshop se-Malang untuk mempromosikan produk kami. Semakin lama kita sudah mulai mendapatkan pelanggan dan kita sudah mulai merasakan hasilnya. Kita sempat mempunyai reseller, kebetulan itu salah satu teman kita namun karena alasan kesibukan dia tidak sempat untuk mengurus olshop yang dia miliki. Saat ini kita juga punya produk selain kerudung, yaitu buket hijab, harapan saya produk akan semakin bertambah dan semakin berkembang. Dan sampai sekarang kita masih belajar bagaimana manajemen yang baik, kita masih membutuhkan berbagai macam inovasi untuk mengembangkan usaha ini.


0 comments:

Post a Comment